Pengertian Etika di ambil dari bahasa Yunani yaitu
“Ethos” yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Jika dilihat
dari sudut pandang obyektif, etika merupakan sebuah konsep yang terdapat
pada individu atau kelompok untuk melakukan penilaian mengenai tindakan
yang telah dilakukan baik atau tidaknya untuk kepentingan bersama.
Banyak istilah yang mengacu pada etika, namun sangat jelas berbeda, seperti berikut :
- Etiket : ajaran mengenai sopan santun dalam pergaulan masyarakat, sehingga etiket tidak berlaku bila seseorang manusia hidup terpencil sendiri
- Etis : sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia pada seorang wanita.
- Kode etik : seperangkat kewajiban dalam menjalankan t profesi tersebut dan bersifat mengikat pada setiap orang yang menjalani profesi tersebut.
Definisi profesi secara luas bisa diartikan kegiatan
yang dilakukan untuk mencari uang. Dalam ruang lingkup yang lebih
sempit Profesi merupakan kelompok lapangan pekerjaan yang secara khusus
melaksanakan kegiatan yang membutuhkan ketrampilan dan keahlian tinggi
untuk memenuhi tanggung jawabnya. Pemakaian ketrampilan dan keahlian
tersebut di dapat dicapai dengan penguasaan pengetahuan pada mencakup
etika pekerjaan yang diterapkan oleh anggota yang bergelar profesi
tersebut.
3. Etika Profesi
Etika profesi mengacu pada pedoman perilaku yang dilakukan berkaitan
dengan profesi tersebut. Pada dasarnya setiap hal yang menyangkut
hubungan sosial dengan individu lain, memiliki pedoman atau kaidah yang
mengatur bagaimana kegiatan tersebut terjalin pada setiap individu yang
menjalaninya, begitu juga pada etika profesi ini. Salah satu cara mendapatkan pekerjaan impian adalah dengan memahami pentingnya etika profesi ini.
Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 )
“sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional
terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap
masyarakat.”
4. Profesionalisme
Profesionalisme adalah suatu kemampuan yang dianggap berbeda dalam
menjalankan suatu pekerjaan. Profesionalisme dapat diartikan juga
dengan suatu keahlian dalam penanganan suatu masalah atau pekerjaan
dengan hasil yang maksimal dikarenakan telah menguasai bidang yang
dijalankan tersebut.
Ciri-ciri profesionalisme:
- Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi.
- Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
- Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.
- Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.
Banyak orang yang salah menginterpretasikan pengertian
tentang teknik industri. Istilah “industri” dalam berbagai kasus sering dilihat
dalam kaca-mata sempit sebagai “pabrik” yang banyak bergelut dengan aktivitas
manufakturing. Meskipun secara historis perkembangan profesi teknik industri
berangkat dari disiplin teknik mesin (produksi) dan terutama sekali sangat erat
kaitannya dengan proses manufakturing produk dalam sebuah proses transformasi
fisik; disiplin teknik industri telah berkembang luas dalam beberapa dekade
terakhir ini. Sesuai dengan “nature”-nya, industri bisa diklasifikasikan secara
luas yaitu mulai dari industri yang menghasilkan produk-barang fisik
(manufaktur) sampai ke produk-jasa (service) yang non-fisik. Industri juga bisa
kita bentangkan dalam pola aliran hulu-hilir sampai ke skala
kecil-menengah-besar. Demikian juga problematika yang dihadapi oleh industri (yang
kemudian menjadi fokus kajian disiplin teknik industri) bisa terfokus dalam
ruang lingkup mikro (lantai produksi) dan terus melebar luas mengarah ke
problematika manajemen produksi (perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian
dan pengendalian sistem produksi) yang harus memperhatikan sistem lingkungan
(aspek politik-sosial-ekonomi-budaya maupun hankam) dalam setiap langkah
pengambilan keputusan berdimensi strategik.
`Disiplin Teknik Industri melihat setiap persoalan dengan
metode pendekatan sistem dimana segala keputusan yang diambil juga selalu
didasarkan pada aspek teknis (engineering area) dan aspek non-teknis. Wawasan
“Tekno-Sosio-Ekonomi” akan mewarnai penyusunan kurikulum pendidikan teknik
industri dan merupakan karakteristik yang khas yang menggambarkan ciri
keunggulan serta membedakan disiplin ini dengan disiplin-disiplin keteknikan
yang lainnya. Sebegitu luas ruang lingkup yang bisa yang bisa digapai oleh
profesi teknik industri seringkali membuat kesulitan tersendiri didalam
memberikan identitas yang jelas dan tegas mengenai apa yang sebenarnya bisa
dikerjakan oleh profesi ini. Disiplin teknik industri pada hakekatnya bisa
dikelompokkan kedalam tiga topik besar permasalahan yang dijumpai di industri
yang selanjutnya bisa dipakai sebagai landasan utama pengembangan disiplin ini;
yaitu pertama, berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan yang menyangkut
dinamika aliran material yang terjadi di lantai produksi. Disini akan
menekankan pada prinsip-prinsip yang terjadi pada saat proses transformasi (seringkali
juga disebut sebagai proses nilai tambah) dan aliran material yang berlangsung
dalam sistem produksi yang terus berkelanjutan sampai meningkat ke persoalan
aliran distribusi dari produk akhir (output) menuju ke konsumen. Topik kedua
berkaitan dengan dinamika aliran informasi. Persoalan pokok yang ditelaah dalam
hal ini menyangkut aliran informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan manajemen khususnya dalam skala operasional. Hal-hal yang berkaitan
dengan perencanaan produksi agregat, pengendalian kualitas, dan berbagai macam
problem manajemen produksi/operasional akan merupakan kajian pokoknya.
Selanjutnya topik ketiga cenderung membawa disiplin teknik industri ini untuk
bergerak kearah persoalan-persoalan yang bersifat makro-strategis. Persoalan
yang dihadapi sudah tidak lagi bersangkut-paut dengan persoalan-persoalan yang
timbul di lini aktivitas produksi ataupun manajemen produksi melainkan terus
melebar ke persoalan sistem produksi/industri dan sistem lingkungan yang
berpengaruh signifikan terhadap industri itu sendiri. Topik ketiga ini
cenderung membawa disiplin teknik industri untuk menjauhi persoalan-persoalan
teknis (deterministik-fisik-kuant itatif) yang umum dijumpai di lini
produksi (topik pertama) dan lebih banyak bergelut dengan persoalan non-teknis
(stokastik-abstraktif-kual itatif). Berhadapan dengan problematika yang
kompleks, multi-variable dan/atau multi-dimensi; maka disiplin teknik industri
akan memerlukan dasar kuat (dalam bidang keilmuan matematika, fisika, maupun
sosial-ekonomi) untuk bisa memodelkan, mensimulasikan dan mengoptimasikan
persoalan-persoalan yang harus dicarikan solusinya.
Begitu
luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan teknik
industri jelas akan membawa persoalan tersendiri bagi profesional teknik
industri pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat “what should we do and
where should we work” ? Pertanyaan ini jelas tidak mudah untuk dijawab secara
memuaskan oleh mereka yang masih awam dengan keilmuan teknik industri.
Kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa seorang profesional teknik industri
sering dijumpai berada dan “sukses” bekerja dimana-mana mulai dari lini
operasional sampai ke lini manajerial. Seorang professional teknik industri
seringkali membanggakan kompetensinya dalam berbagai hal mulai dari proses
perancangan produk, perancangan tata-cara kerja sampai dengan mengembangkan
konsep-konsep strategis untuk mengembangkan kinerja industri. Seorang
professional teknik industri akan bisa menunjukkan cara bekerja yang lebih
baik, lebih cerdik, lebih produktif, dan lebih berkualitas. Seorang profesional
teknik industri bisa diharapkan sebagai “problem solver” untuk membuat sistem
produksi bisa dioperasikan dan dikendalikan secara lebih efektif, nyaman, aman,
sehat dan efisien. Untuk itu eliminasi berbagai hal yang bersifat
kontra-produktif seperti pemborosan waktu, uang, material, enersi dan komoditas
lainnya merupakan fokus utama yang harus dikerjakan.
Dengan mengacu pada ABET-Engineering Criteria 2000, maka
seorang profesional Teknik Industri tidak saja harus menguasai kepakaran
(hard-skill)Teknik Industri; tetapi juga harus memiliki wawasan, pemahaman, dan
kemampuan/kompetensi lainnya (soft-skill) seperti (a) kemampuan untuk bekerja
dalam kelompok (organisasi), (b) pemahaman tentang tanggung jawab sosial dan
etika profesi, (c) kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, (d)
kesadaran lingkungan (alam maupun sosial), (e) kepekaan tinggi terhadap
berbagai persoalan yang dihadapi menyangkut berbagai macam isue kontemporer,
aktual maupun situasional dan (f) kemampuan berorganisasi, manajemen dan
leadership, dan sebagainya. Berdasarkan ABET Engineering Criteria 2000
tersebut, seorang profesional Teknik Industri tidak saja diharapkan akan
memiliki kemampuan akademis dan kompetensi profesi keinsinyuran (engineering)
yang baik saja, tetapi juga memiliki wawasan dan kepekaan terhadap segala
permasalahan yang ada di industri maupun masyarakat.
Guna mengantisipasi problematika industri yang semakin luas
dan kompleks, maka disiplin teknik industri telah menunjukkan banyak perubahan
maupun penyesuaian dengan arah perkembangan yang ada. Adanya kehendak untuk
meningkatkan produktivitas, kualitas, dan disisi lain harus diikuti pula dengan
keinginan untuk menekan biaya produksi (costs reduction program) serta waktu
penyampaian barang (time delivery) secara tepat waktu merupakan langkah-langkah
strategis yang harus dipikirkan oleh profesi teknik industri agar bisa
meningkatkan daya saing perusahaan. Selain itu ruang lingkup pasar tidak lagi
harus bersaing di tingkat lokal (nasional) melainkan mengarah ke tingkat
persaingan pasar global. Perubahan tantangan yang dihadapi oleh dunia industri
jelas sekali juga akan membawa perubahan pada fungsi dan peran yang harus bisa
dimainkan oleh disiplin teknik industri. Kalau pada awalnya profesi teknik
industri secara tradisional mengurusi persoalan-persoalan di tingkat
pengendalian operasional (manajemen produksi) seperti perancangan-perancangan tata-letak
mesin, tata-cara kerja, sistem manusia-mesin (ergonomi) dan penetapan
standard-standard kerja; maka dalam beberapa dekade terakhir ini profesi teknik
industri lebih banyak dilibatkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan perencanaan strategis dan pengambilan keputusan pada tingkat
manajemen puncak. Persoalan yang dihadapi oleh profesi teknik industri tidak
lagi dibatasi dalam skala kecil (mikro) melainkan berkembang ke skala besar
(makro). Sebagai contoh kalau awalnya studi pengukuran kerja lebih difokuskan
ke skala stasiun kerja sekedar mendapatkan standard-standard (waktu, output
ataupun upah) kerja untuk merealisasikan konsep “the fair day’s pay for the
fair day’s work”; maka peran profesi teknik industri modern belakangan ini
banyak diperlukan untuk melakukan pengukuran produktivitas dan kinerja makro
organisasi-perusahaan guna menilai sehat tidaknya kondisi industri
tersebut.
Ditengah-tengah keterpurukan industri nasional (baik yang
bergerak di sektor manufaktur maupun jasa) didalam menghadapi persaingan
global; disiplin teknik industri sudah sepatutnya mengambil peluang ini dengan
menunjukkan letak keunggulan disiplin teknik industri dibandingkan dengan
disiplin keteknikan maupun keilmuan yang lain untuk memberi solusi-solusi yang
lebih cerdas. Tantangan maupun ancaman yang menimpa industri nasional justru
membuka peluang lebih besar bagi disiplin teknik industri untuk melakukan
penelitian-penelitian baik berupa penelitian dasar (fundamental research),
penelitian terapan (applied research), ataupun penelitian tindakan/pesanan
(action research). Cukup banyak kasus yang bisa ditarik dari situasi dan
kondisi yang terjadi di industri nasional yang memberi banyak peluang bagi kita
untuk mengaplikasikan semua “IE’s tools” yang kita miliki guna memberikan
analisa dan jawaban konkrit. Karakteristik disiplin teknik industri yang
menekankan model pendekatan sistemik, holistik, serta komprehensif-integral
akan sangat efektif untuk menyelesaikan persoalan-persoalan industri yang memiliki
spektrum luas dari ranah mikro (teknis-operasional) sampai ke makro
(sosial-ekonomis-lingkunga n).
Daftar Pustaka : Diambil dari berbagai sumber :)
Daftar Pustaka : Diambil dari berbagai sumber :)